Elissa terkejut dan tidak sadar bibirnya ternganga sedikit mendengar ucapan Andrew. Jantungnya berdetak dengan cepat dan tidak beraturan. Apa dia tidak salah dengar? Andrew yang tampan ini mengajaknya ke kantin? Elissa menahan napasnya melihat tangan Andrew yang terulur. Tubuhnya gemetar. Elissa bingung, mengapa reaksinya seperti ini terhadap Andrew. Tapi setelah dipikir-pikir, wajar saja bukan? Siapa yang tidak meleleh ketika berada di dekat pemuda setampan Andrew, duduk sebangku dengannya, berbicara dengannya, dan sekarang mengajak dirinya ke kantin? Elissa mendongak menatap mata Andrew. Sejenak dia terpaku di kedalaman mata biru yang tajam itu. Mata Andrew begitu indah. Elissa benar-benar tidak percaya ada pemuda setampan Andrew.
Andrew
menarik kembali uluran tangannya. “Ayo, Elissa. Kau pasti lapar.”
Elissa
tersadar dari keterpakuannya. “Oh ya, baiklah.” Elissa menjawab dengan cepat
sambil berdiri dari tempat duduknya. Elissa sedikit menyesal mengapa tadi dia
tidak langsung menerima uluran tangan Andrew. Elissa berjalan disamping Andrew.
Diikuti oleh empat orang teman sekelasnya yang Elissa tidak tahu siapa namanya.
Dua orang berjalan di depan Elissa dan Andrew, dan dua yang lainnya berjalan di
belakang mereka.
Elissa
menunduk ketika berjalan di koridor. Lagi-lagi Elissa merasa diperhatikan.
Namun kali ini intensitas pandangan murid-murid tersebut semakin kuat. Membuat
Elissa tidak nyaman. Apa dia membuat kesalahan karena berjalan bersama Andrew
dan teman-temannya?
Tiba-tiba
ada yang mengangkat dagunya. Elissa menegang seketika. Andrew ada di hadapannya
sambil menatapnya tajam. “Kau tak boleh menunduk Elissa. Kau harus berjalan
dengan penuh percaya diri. Itu sudah menjadi tugasmu mulai hari ini. Jangan
pernah menunduk pada siapapun, kecuali kepadaku.” Ucap Andrew dengan tegas.
Elissa
mengernyitkan keningnya bingung. Apa sebenarnya
maksud Andrew?
“Apa
yang mau kau makan?” Tanya Andrew setelah melepas tangannya dari dagu Elissa.
Elissa
baru sadar mereka sudah sampai di kantin sekolah. Dia melihat-lihat menu di
papan tulis berwarna hitam yang tergantung di dinding kantin. “Aku mau pesan
cheeseburger saja.” Elissa hendak berjalan ke tempat penjual makanan yang ingin
dipesannya, tapi tangannya di tarik oleh Andrew.
“Nick,
pesankan makanannya.” Andrew berkata kepada salah satu temannya yang bersama
kami.
Elissa
melongo mendengar perkataan Andrew. Apa-apaan sih maksudnya? Elissa jadi tidak
enak mendengar ucapan Andrew yang seperti memerintah kepada temannya yang
bernama Nick itu. Ketika Nick berjalan untuk memesan, Elissa menahannya dengan
berkata “Eh, tidak perlu. Aku bisa memesannya sendiri.”
Nick
memutar badannya ke arah Elissa, lalu pemuda itu menundukan kepalanya sedikit
kepada Elissa, dan berjalan lagi tanpa menghiraukan ucapan Elissa.
Apa yang Nick lakukan?
“Biar
Nick saja yang memesan. Ayo kita cari tempat duduk.” Ajak Andrew sambil meraih
tangan Elissa. Membuat Elissa panas dingin akan perlakuan Andrew. Hidupnya akan
singkat jika dia terus dekat-dekat dengan Andrew. Dia bisa mengalami serangan
jantung.
Elissa,
Andrew, dan ketiga teman sekelas mereka berjalan mencari meja kosong. Di kantin
benar-benar ramai. Mata Elissa menangkap meja kosong di pojok depan. Elissa
meremas sedikit tangan Andrew, yang Elissa juga tidak mengerti mengapa Andrew
perlu menggandengnya seperti ini. Andrew melihat kearah Elissa. Elissa menunjuk
kearah meja yang dilihatnya tadi. “Di sana kosong.”
Bukannya
melihat kearah yang Elissa tunjuk, Andrew justru menatap mata Elissa lekat.
Elissa benar-benar tidak nyaman ditatap seintens itu oleh Andrew. “Kita sudah
punya meja, Elissa. Jika kau ke kantin tanpa aku, jangan duduk di meja lain,
kau harus duduk di mejamu. Kau mengerti?” Andrew berkata dengan tegas. Elissa
mengangguk cepat, dia masih memproses apa maksud ucapan Andrew, tapi melihat
mata Andrew yang menuntut jawaban, Elissa tidak bisa berbuat apa-apa kecuali
meng’iya’kan apa yang pemuda itu minta.
Elissa
hanya menatap punggung tegap Andrew ketika berjalan menuju meja yang Andrew
katakan tadi, ‘meja mereka’. Elissa tidak berani menatap sekelilingnya. Elissa
bisa merasakan begitu banyak tatapan yang mengikuti Elissa. Elissa mendesah
pelan. Dia berharap tidak ada hal mengerikan yang akan terjadi karena dia
bersama dengan Andrew dan teman-temannya.
Elissa
bisa melihat kearah mana Andrew menuju. Dia mengangkat alisnya bingung karena
meja yang mereka tuju sudah ada yang mengisi. Kemudian Elissa ternganga kaget
ketika salah satu teman Andrew tadi menepuk bahu salah satu pemuda disana, dan
begitu mendongak melihat siapa yang menepuknya, pemuda tersebut langsung
berdiri dan mengajak teman-temannya pergi dari meja itu. Elissa sampai bertanya-tanya
memangnya seberapa besar pengaruh Andrew dan teman-temannya.
Dua
orang teman Andrew yang sebelumnya berjalan didepan Elissa dan Andrew
menyingkir sedikit dari meja. Kemudian Andrew menarik Elissa duduk di kursi
panjang meja tersebut. Andrew sendiri duduk di sebelah Elissa. Ketiga teman
Andrew duduk di depan Elissa dan Andrew. Tapi yang membuat Elissa mengernyitkan
keningnya, mereka tidak tepat duduk di depan Elissa dan Andrew. Di depan Elissa
dan Andrew tidak mereka isi, mereka duduk di sebelahnya. Oh pasti untuk Nick. Pikir Elissa.
Elissa
mengedarkan pandangannya dan melihat banyak anak-anak di kantin yang melihat
aneh kearah Elissa, terutama para gadis. Dia bisa melihat tatapan tidak suka
yang gadis-gadis itu berikan padanya. Lalu, tatapannya terhenti pada seorang
gadis yang sedang bersama teman-temannya. Gadis itu dan teman-temannya menatap Elissa
dengan tajam dan penuh dendam. Elissa cepat-cepat menunduk. Dia menggigit
bibirnya frustasi. Hal ini yang dia takutkan dari tadi, pasti banyak yang akan
menaruh dendam kesumat padanya.
Elissa
tersentak kaget ketika ada tangan yang memainkan ujung rambutnya dengan lembut.
Elissa mengangkat kepalanya kearah pemuda yang melakukan hal itu. Menahan napas
ketika melihat Andrew sedang menumpukan pipinya di tangannya menghadap kearah
Elissa dan tangan yang lainnya sedang memainkan ujung rambut Elissa. Jantung Elissa
berdebar dengan kencang ketika melihat seorang Andrew melakukan hal seperti ini
padanya. Dia tak menyangka akan diperlakukan seperti ini oleh Andrew. Elissa
masih diam mematung menatap Andrew. Lalu, Andrew tersenyum lembut kepadanya.
Elissa benar-benar akan pingsan jika Andrew bersikap seperti ini terus padanya.
“Aku
sudah bilang padamu tadi. Jangan menunduk. Kau tak boleh menunduk, sayang.”
Elissa
menelan ludah gugup. Andrew memanggilnya ‘Sayang’! Ya ampun apa yang harus dia
lakukan sekarang! “Aku... aku... aku hanya-“
“Ssst.
Tidak boleh membantah, sayang. Kau hanya harus menuruti apa yang aku katakan.”
Andrew menempelkan ibu jarinya ke bibir Elissa untuk memotong ucapannya. Elissa
benar-benar mematung. Wajahnya terasa panas.
“Kau
belum memesan minumanmu. Apa yang ingin kau minum?” Andrew masih diposisi
awalnya tapi tangannya sudah ada di pipinya. Mengelusnya dengan lembut. Elissa
benar-benar terhipnotis oleh sentuhan Andrew. Dia sampai tidak sadar matanya
terpejam karena begitu nyaman dengan apa yang dilakukan Andrew.
“Elissa?”
Andrew bertanya lagi dengan lembut karena Elissa tidak menjawabnya.
“Hmm?”
“Kau
harus menjawabku, sayang.” Andrew menghentikan elusan tangannya. Mata Elissa
terbuka. Apa yang sudah dia lakukan tadi? Oh ya ampun. Dia memejamkan matanya
dan menikmati apa yang Andrew lakukan? Bukankan seharusnya Elissa marah karena
Andrew menyentuhnya dengan sembarangan?
“Sayang?”
“Ya?
Eh- maksudku-“ Elissa gelagapan karena tanpa sengaja membalas panggilan Andrew
yang seperti itu. Mengapa Andrew terus
memanggilnya seperti itu sih?
“Kau
mau minum apa, Elissa?” Tanya Andrew lagi.
“Aku
mau air mineral saja.”
Andrew
mengangguk. Dan dia melanjutkan elusan di pipi Elissa yang tadi dia hentikan.
Dari tadi memang tangan Andrew masih berada di pipi Elissa. Andrew menatapnya
dengan intens. Elissa justru mengernyitkan kening bingung. Bukankah tadi Andrew
ingin memesankannya minum? Apa Elissa saja yang terlalu percaya diri? Andrew
tadi hanya ingin bertanya? Elissa memejamkan matanya. Kali ini bukan karena
menikmati elusan Andrew, tapi menahan malu. Ketika dia menjawab pertanyaan
Andrew tadi seharusnya dia langsung pergi memesan minumannya. Mengapa dia
percaya diri sekali bertingkah seakan-akan Andrew yang akan memesan minumannya?
Elissa benar-benar malu.
Tiba-tiba
Andrew menghentikan sentuhannya dan mengangguk kearah lain. Elissa mengalihkan
pandangannya kearah yang Andrew tuju. Nick datang. Dia mengangguk sopan kearah
Andrew dan Elissa. Elissa mengerang dalam hati. Apa sih yang dilakukan Nick sebenarnya? Nick meletakkan
cheeseburger yang Elissa pesan dan juga sebotol air mineral beserta gelas
kosong dan sedotannya. Elissa menaikan alisnya bingung sambil menatap Nick. Apa
tadi Andrew memberitahu Nick tanpa sepengetahuannya? Tapi tidak mungkin,
jelas-jelas Elissa tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Andrew. Nick
duduk di samping ketiga temannya tadi, tetap tidak menduduki kursi di
hadapannya.
“Makan,
Elissa.” Suara Andrew terdengar memerintah. Elissa menatap Andrew sebentar,
lalu cepat-cepat memakan makanannya.
Kemudian
Elissa baru berpikir, mengapa Andrew dan teman-temannya tidak makan? Andrew
terus saja menyentuhnya. Entah itu memainkan ujung rambutnya, mengelus pipinya,
atau menghilangkan saus cheeseburger yang kadang menempel di bibir Elissa.
Membuat dirinya tidak bisa menikmati makanannya karena terlalu gugup akan apa
yang dilakukan Andrew. Tapi Elissa tidak mau menyingkirkan tangan Andrew,
karena entah mengapa dia begitu menyukai apa yang dilakukan Andrew. Nick dan ketiga
teman Andrew lainnya yang sampai saat ini Elissa belum tahu siapa namanya
karena mereka tidak mengenalkan diri dan Elissa pun tidak berani bertanya pada
mereka, hanya duduk diam mengedarkan pandangan di sekeliling kantin dan
mengobrol pelan.
Bel
berbunyi. Tapi, cheeseburger Elissa masih tersisa lebih dari setengah.
Sedangkan anak-anak di kantin sudah berjalan cepat bahkan ada yang berlari
menuju kelasnya masing-masing. Elissa kebingungan. Lalu menatap Andrew yang
masih saja duduk tenang sambil memainkan rambutnya.
“Andrew...”
Panggil Elissa.
“Hmm?”
Andrew menatap Elissa lembut.
“Bel
sudah berbunyi.” Elissa berkata gugup.
“Lalu?”
Respon Andrew sambil menyodorkan gelas berisi air mineral. Entah kapan Andrew
mengisi gelas kosong yang dibawa Nick dengan air mineral botolan. “Minumlah.”
Elissa
meminum air mineralnya sambil berpikir bingung. “Kita harus ke kelas, Andrew.”
Elissa berkata setelah selesai minum.
“Makananmu
belum habis, sayang.” Andrew menunjuk cheeseburgernya, “Cepat makan lagi.”
Elissa
mengedarkan pandangannya di sekeliling kantin. Sudah tidak ada anak-anak lain
disini kecuali mereka berenam. “Ta.. tapi ini sudah-“
“Kita
bisa memasuki kelas kapan saja, Elissa.” Potong Andrew. “Habiskan makananmu
jika kau ingin cepat-cepat memasuki kelas.” Suara Andrew memerintah.
Elissa
memakan cheeseburgernya dengan terburu-buru. Dia benar-benar tidak mau
terlambat memasuki kelas. Elissa tersedak cheeseburgernya. Dia menggapai-gapai
mencari minumannya.
“Jangan
terburu-buru, sayang.” Andrew menyodorkan minumannya lagi. Lalu, mengusap
punggungnya lembut. “Tidak akan ada yang memarahimu hanya karena terlambat
masuk kelas. Kau bisa masuk kelas kapan saja.”
Otak
Elissa benar-benar kusut memikirkan ucapan-ucapan Andrew. Apa sih maksud Andrew
ini? Dia mungkin bisa menganggap enteng apapun disini. Tapi Elissa? Dia hanya
anak baru yang harus mengejar pelajaran agar nilainya tidak tertinggal dari
anak-anak kelas A yang lain.
“Aku
sudah kenyang. Ayo kita kembali ke kelas.” Elissa menyudahi makannya karena dia
tidak mau terlalu lama terlambat.
“Makananmu
belum habis, Elissa. Habiskan dulu.” Andrew memperingati Elissa dengan tegas.
Elissa
cemberut mendengar kalimat Andrew. “Aku sudah kenyang, Andrew.” Suara Elissa
terdengar merajuk. Mengapa dia merajuk
kepada Andrew? Tapi Elissa sama sekali tidak merasa salah telah bersikap
seperti ini. Merajuk kepada Andrew terasa benar untuknya. Mengapa bisa begitu?
***
Andrew
tertawa kecil mendengar rajukan Elissa. Andrew sama sekali tidak menyangka
kalau gadisnya begitu lucu ketika merajuk. “Baiklah.” Andrew merapikan sisa
makanan Elissa. Lalu berdiri dan membuangnya ke tempat sampah terdekat.
Kemudian kembali berdiri di hadapan Elissa. “Ayo, sayang.” Ucap Andrew sambil
mengulurkan tangannya yang langsung dibalas oleh Elissa. Lidah Andrew terasa
tepat ketika memanggil Elissa dengan panggilan seperti itu. Awalnya dia tidak
sengaja memanggil Elissa seperti itu. Namun, ketika melihat reaksi Elissa yang
tidak bertanya lebih lanjut, membuat Andrew tidak tahan untuk terus
memanggilnya seperti itu. Dan dia begitu bahagia Elissa merespon panggilannya.
Andrew
menggenggam tangan Elissa dengan erat ketika berjalan di koridor. Koridor
menuju ke kelas A telah sepi. Tentu saja. Ini sudah lewat dua puluh menit dari
waktu bel masuk berbunyi. Brayden, Nick, Ray, dan Leon mengikuti Andrew dan
Elissa dibelakang. Ketika mereka sampai di depan pintu kelas dan tangan Andrew
ingin mendorong pintu, tangan Elissa menahannya. Andrew menatap Elissa dan
menemukan gadisnya menatap Andrew dengan ekspresi ketakutan.
“Apa
tidak apa-apa kalau kita langsung masuk? Kita sudah terlambat dua puluh menit.
Di dalam sangat sepi. Pasti sudah ada guru yang mengajar.” Gadisnya berkata
dengan suara pelan.
Ya.
Di dalam memang sudah ada guru yang mengajar. Tapi keadaan di dalam sepi bukan
karena hal itu, tapi karena semua orang yang ada di dalam kelas mengetahui
kalau pemimpin mereka akan memasuki kelas.
“Tidak
apa-apa, sayang. Kau tak perlu ketakutan seperti itu. Tidak akan pernah ada
orang di kelas ini yang berani memarahimu.” Lagi pula siapa yang akan berani bersikap
kurang ajar memarahi pemimpinnya? Bahkan untuk menatap Elissa belum tentu
mereka akan berani. Andrew tahu ucapannya membuat Elissa bingung setengah mati
dan gadis itu pasti akan menganggap Andrew pemuda yang tidak bertanggung jawab.
Tapi biarlah untuk saat ini gadisnya berpikiran seperti itu. Karena ini belum
waktunya bagi Elissa untuk mengetahui siapa sebenarnya arti dirinya untuk
Andrew dan orang-orang di kelas A.
Andrew
memasuki kelas dengan tangan Elissa digenggamannya. Semua orang di dalam kelas
ini menunduk kecil memberi hormat pada Andrew. Tak terkecuali guru Kimia yang
sedang mengajar tersebut.
“James.” Andrew
memanggil guru Kimia tersebut melalu mindlink.
“Alpha.” James
langsung membalas panggilan pemimpinnya.
“Perkenalkan dirimu pada Elissa.”
“Tapi.. Alpha-“ James
menjawab dengan ragu.
“Dia belum tahu siapa kita. Cepat
Lakukan.” Perintah Andrew tegas.
“Baik, Alpha.”
Andrew
memutus percakapan mereka. Dan James berjalan menuju kearah Elissa. Elissa
masih menunduk karena malu masuk terlambat ke dalam kelas. Andrew tersenyum
kecil melihat gadisnya. Lalu menggoyangkan genggaman tangan mereka membuat
Elissa menatapnya. Andrew menggerakan dagunya kearah James. Elissa melihat guru
yang sedang mengajar tadi berjalan menuju kearahnya. Reflek Elissa ingin
menunduk hormat. Namun Andrew dengan cepat menahan bahu Elissa. “Jangan
menunduk kepada siapapun kecuali padaku, Elissa.” Andrew berbisik dengan geram.
Gadisnya ini benar-benar keras kepala. Sudah berapa kali Andrew mengatakan hal
itu padanya. Andrew melihat Elissa ingin memprotes ucapannya, namun terpotong
oleh ucapan James.
“Miss
Elissa Andromeda. Saya James Connor, guru Kimia di kelas ini.”
“Mr.
Connor.” Elissa lagi-lagi ingin menunduk hormat. Dan Andrew lagi-lagi menahan
bahu Elissa.
“Silahkan
duduk ke tempat masing-masing.” Ucap James sambil mengangguk hormat kepada
Andrew dan Elissa. Andrew yakin sekarang ini kepala gadisnya terasa runyam
karena begitu banyaknya pertanyaan. Andrew harus memberi tahu kepada Elissa
secepatnya.
***
Mereka
berenam duduk di tempatnya masing-masing. Andrew membuka buku catatan Kimianya
dan memperhatikan James yang sedang mengajar dengan bosan. Andrew menyenderkan
punggungnya di kursi dan memperhatikan Elissa. Elissa begitu cantik membuat
Andrew sesak karena ingin segera menandainya. Dia menghirup aroma Elissa yang
menjadi candu tersendiri untuknya. Andrew tersadar dia sudah begitu lama
memperhatikan Elissa ketika James memberikan tugas kepada mereka untuk
dikerjakan saat itu juga.
Andrew
menatap bukunya dengan malas. Dan mulai mengerjakannya. Kurang dari lima belas
menit, soal-soal yang diberikan James sudah selesai Andrew kerjakan. Andrew
kembali menyenderkan punggungnya dan menatap Elissa. Andrew tersenyum ketika
melihat ekspresi serius Elissa. Lalu tiba-tiba Elissa meletakkan kepalanya di
atas buku dan mengetuk-ngetukan pulpen dikepalanya. Andrew mengernyit bingung
mengapa gadisnya bersikap seperti itu.
Kemudian
Elissa kembali duduk seperti semula dan mengerjakan soalnya lagi. Tapi Andrew
bisa melihat Elissa menggigit bibirnya frustasi. Membuat Jaxon menggeram di
dalam sana menginginkan untuk menggantikan menggigit bibir Elissa yang merah
muda itu. Andrew melirik kearah buku Elissa dan melihat coretan-coretan tak
jelas di buku tersebut. Lalu Andrew sadar akan satu fakta yang baru
diketahuinya. Andrew tertawa kecil. Ternyata gadisnya bukan gadis yang pintar.
***
Tbc.
Tbc.
Casino - JamBase
BalasHapusCheck our live dealer casino section for all your games. · Slots · Table 양산 출장마사지 Games 부산광역 출장마사지 · 당진 출장샵 Blackjack. Poker. Casino Games. Online Poker. Welcome. 대구광역 출장안마 Join us! 의왕 출장마사지