Minggu, 20 Maret 2016

Promise To The Moon - The Touch


Elissa terkejut dan tidak sadar bibirnya ternganga sedikit mendengar ucapan Andrew. Jantungnya berdetak dengan cepat dan tidak beraturan. Apa dia tidak salah dengar? Andrew yang tampan ini mengajaknya ke kantin? Elissa menahan napasnya melihat tangan Andrew yang terulur. Tubuhnya gemetar. Elissa bingung, mengapa reaksinya seperti ini terhadap Andrew. Tapi setelah dipikir-pikir, wajar saja bukan? Siapa yang tidak meleleh ketika berada di dekat pemuda setampan Andrew, duduk sebangku dengannya, berbicara dengannya, dan sekarang mengajak dirinya ke kantin? Elissa mendongak menatap mata Andrew. Sejenak dia terpaku di kedalaman mata biru yang tajam itu. Mata Andrew begitu indah. Elissa benar-benar tidak percaya ada pemuda setampan Andrew.

Andrew menarik kembali uluran tangannya. “Ayo, Elissa. Kau pasti lapar.”

Elissa tersadar dari keterpakuannya. “Oh ya, baiklah.” Elissa menjawab dengan cepat sambil berdiri dari tempat duduknya. Elissa sedikit menyesal mengapa tadi dia tidak langsung menerima uluran tangan Andrew. Elissa berjalan disamping Andrew. Diikuti oleh empat orang teman sekelasnya yang Elissa tidak tahu siapa namanya. Dua orang berjalan di depan Elissa dan Andrew, dan dua yang lainnya berjalan di belakang mereka.

Elissa menunduk ketika berjalan di koridor. Lagi-lagi Elissa merasa diperhatikan. Namun kali ini intensitas pandangan murid-murid tersebut semakin kuat. Membuat Elissa tidak nyaman. Apa dia membuat kesalahan karena berjalan bersama Andrew dan teman-temannya?

Tiba-tiba ada yang mengangkat dagunya. Elissa menegang seketika. Andrew ada di hadapannya sambil menatapnya tajam. “Kau tak boleh menunduk Elissa. Kau harus berjalan dengan penuh percaya diri. Itu sudah menjadi tugasmu mulai hari ini. Jangan pernah menunduk pada siapapun, kecuali kepadaku.” Ucap Andrew dengan tegas.

Elissa mengernyitkan keningnya bingung. Apa sebenarnya maksud Andrew?

“Apa yang mau kau makan?” Tanya Andrew setelah melepas tangannya dari dagu Elissa.

Elissa baru sadar mereka sudah sampai di kantin sekolah. Dia melihat-lihat menu di papan tulis berwarna hitam yang tergantung di dinding kantin. “Aku mau pesan cheeseburger saja.” Elissa hendak berjalan ke tempat penjual makanan yang ingin dipesannya, tapi tangannya di tarik oleh Andrew.

“Nick, pesankan makanannya.” Andrew berkata kepada salah satu temannya yang bersama kami.

Elissa melongo mendengar perkataan Andrew. Apa-apaan sih maksudnya? Elissa jadi tidak enak mendengar ucapan Andrew yang seperti memerintah kepada temannya yang bernama Nick itu. Ketika Nick berjalan untuk memesan, Elissa menahannya dengan berkata “Eh, tidak perlu. Aku bisa memesannya sendiri.”

Nick memutar badannya ke arah Elissa, lalu pemuda itu menundukan kepalanya sedikit kepada Elissa, dan berjalan lagi tanpa menghiraukan ucapan Elissa.

Apa yang Nick lakukan?

“Biar Nick saja yang memesan. Ayo kita cari tempat duduk.” Ajak Andrew sambil meraih tangan Elissa. Membuat Elissa panas dingin akan perlakuan Andrew. Hidupnya akan singkat jika dia terus dekat-dekat dengan Andrew. Dia bisa mengalami serangan jantung.

Elissa, Andrew, dan ketiga teman sekelas mereka berjalan mencari meja kosong. Di kantin benar-benar ramai. Mata Elissa menangkap meja kosong di pojok depan. Elissa meremas sedikit tangan Andrew, yang Elissa juga tidak mengerti mengapa Andrew perlu menggandengnya seperti ini. Andrew melihat kearah Elissa. Elissa menunjuk kearah meja yang dilihatnya tadi. “Di sana kosong.”

Bukannya melihat kearah yang Elissa tunjuk, Andrew justru menatap mata Elissa lekat. Elissa benar-benar tidak nyaman ditatap seintens itu oleh Andrew. “Kita sudah punya meja, Elissa. Jika kau ke kantin tanpa aku, jangan duduk di meja lain, kau harus duduk di mejamu. Kau mengerti?” Andrew berkata dengan tegas. Elissa mengangguk cepat, dia masih memproses apa maksud ucapan Andrew, tapi melihat mata Andrew yang menuntut jawaban, Elissa tidak bisa berbuat apa-apa kecuali meng’iya’kan apa yang pemuda itu minta.

Elissa hanya menatap punggung tegap Andrew ketika berjalan menuju meja yang Andrew katakan tadi, ‘meja mereka’. Elissa tidak berani menatap sekelilingnya. Elissa bisa merasakan begitu banyak tatapan yang mengikuti Elissa. Elissa mendesah pelan. Dia berharap tidak ada hal mengerikan yang akan terjadi karena dia bersama dengan Andrew dan teman-temannya.

Elissa bisa melihat kearah mana Andrew menuju. Dia mengangkat alisnya bingung karena meja yang mereka tuju sudah ada yang mengisi. Kemudian Elissa ternganga kaget ketika salah satu teman Andrew tadi menepuk bahu salah satu pemuda disana, dan begitu mendongak melihat siapa yang menepuknya, pemuda tersebut langsung berdiri dan mengajak teman-temannya pergi dari meja itu. Elissa sampai bertanya-tanya memangnya seberapa besar pengaruh Andrew dan teman-temannya.

Dua orang teman Andrew yang sebelumnya berjalan didepan Elissa dan Andrew menyingkir sedikit dari meja. Kemudian Andrew menarik Elissa duduk di kursi panjang meja tersebut. Andrew sendiri duduk di sebelah Elissa. Ketiga teman Andrew duduk di depan Elissa dan Andrew. Tapi yang membuat Elissa mengernyitkan keningnya, mereka tidak tepat duduk di depan Elissa dan Andrew. Di depan Elissa dan Andrew tidak mereka isi, mereka duduk di sebelahnya. Oh pasti untuk Nick. Pikir Elissa.

Elissa mengedarkan pandangannya dan melihat banyak anak-anak di kantin yang melihat aneh kearah Elissa, terutama para gadis. Dia bisa melihat tatapan tidak suka yang gadis-gadis itu berikan padanya. Lalu, tatapannya terhenti pada seorang gadis yang sedang bersama teman-temannya. Gadis itu dan teman-temannya menatap Elissa dengan tajam dan penuh dendam. Elissa cepat-cepat menunduk. Dia menggigit bibirnya frustasi. Hal ini yang dia takutkan dari tadi, pasti banyak yang akan menaruh dendam kesumat padanya.

Elissa tersentak kaget ketika ada tangan yang memainkan ujung rambutnya dengan lembut. Elissa mengangkat kepalanya kearah pemuda yang melakukan hal itu. Menahan napas ketika melihat Andrew sedang menumpukan pipinya di tangannya menghadap kearah Elissa dan tangan yang lainnya sedang memainkan ujung rambut Elissa. Jantung Elissa berdebar dengan kencang ketika melihat seorang Andrew melakukan hal seperti ini padanya. Dia tak menyangka akan diperlakukan seperti ini oleh Andrew. Elissa masih diam mematung menatap Andrew. Lalu, Andrew tersenyum lembut kepadanya. Elissa benar-benar akan pingsan jika Andrew bersikap seperti ini terus padanya.
“Aku sudah bilang padamu tadi. Jangan menunduk. Kau tak boleh menunduk, sayang.”

Elissa menelan ludah gugup. Andrew memanggilnya ‘Sayang’! Ya ampun apa yang harus dia lakukan sekarang! “Aku... aku... aku hanya-“

“Ssst. Tidak boleh membantah, sayang. Kau hanya harus menuruti apa yang aku katakan.” Andrew menempelkan ibu jarinya ke bibir Elissa untuk memotong ucapannya. Elissa benar-benar mematung. Wajahnya terasa panas.

“Kau belum memesan minumanmu. Apa yang ingin kau minum?” Andrew masih diposisi awalnya tapi tangannya sudah ada di pipinya. Mengelusnya dengan lembut. Elissa benar-benar terhipnotis oleh sentuhan Andrew. Dia sampai tidak sadar matanya terpejam karena begitu nyaman dengan apa yang dilakukan Andrew.

“Elissa?” Andrew bertanya lagi dengan lembut karena Elissa tidak menjawabnya.

“Hmm?”

“Kau harus menjawabku, sayang.” Andrew menghentikan elusan tangannya. Mata Elissa terbuka. Apa yang sudah dia lakukan tadi? Oh ya ampun. Dia memejamkan matanya dan menikmati apa yang Andrew lakukan? Bukankan seharusnya Elissa marah karena Andrew menyentuhnya dengan sembarangan?

“Sayang?”

“Ya? Eh- maksudku-“ Elissa gelagapan karena tanpa sengaja membalas panggilan Andrew yang seperti itu. Mengapa Andrew terus memanggilnya seperti itu sih?

“Kau mau minum apa, Elissa?” Tanya Andrew lagi.

“Aku mau air mineral saja.”

Andrew mengangguk. Dan dia melanjutkan elusan di pipi Elissa yang tadi dia hentikan. Dari tadi memang tangan Andrew masih berada di pipi Elissa. Andrew menatapnya dengan intens. Elissa justru mengernyitkan kening bingung. Bukankah tadi Andrew ingin memesankannya minum? Apa Elissa saja yang terlalu percaya diri? Andrew tadi hanya ingin bertanya? Elissa memejamkan matanya. Kali ini bukan karena menikmati elusan Andrew, tapi menahan malu. Ketika dia menjawab pertanyaan Andrew tadi seharusnya dia langsung pergi memesan minumannya. Mengapa dia percaya diri sekali bertingkah seakan-akan Andrew yang akan memesan minumannya? Elissa benar-benar malu.

Tiba-tiba Andrew menghentikan sentuhannya dan mengangguk kearah lain. Elissa mengalihkan pandangannya kearah yang Andrew tuju. Nick datang. Dia mengangguk sopan kearah Andrew dan Elissa. Elissa mengerang dalam hati. Apa sih yang dilakukan Nick sebenarnya? Nick meletakkan cheeseburger yang Elissa pesan dan juga sebotol air mineral beserta gelas kosong dan sedotannya. Elissa menaikan alisnya bingung sambil menatap Nick. Apa tadi Andrew memberitahu Nick tanpa sepengetahuannya? Tapi tidak mungkin, jelas-jelas Elissa tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Andrew. Nick duduk di samping ketiga temannya tadi, tetap tidak menduduki kursi di hadapannya.

“Makan, Elissa.” Suara Andrew terdengar memerintah. Elissa menatap Andrew sebentar, lalu cepat-cepat memakan makanannya.

Kemudian Elissa baru berpikir, mengapa Andrew dan teman-temannya tidak makan? Andrew terus saja menyentuhnya. Entah itu memainkan ujung rambutnya, mengelus pipinya, atau menghilangkan saus cheeseburger yang kadang menempel di bibir Elissa. Membuat dirinya tidak bisa menikmati makanannya karena terlalu gugup akan apa yang dilakukan Andrew. Tapi Elissa tidak mau menyingkirkan tangan Andrew, karena entah mengapa dia begitu menyukai apa yang dilakukan Andrew. Nick dan ketiga teman Andrew lainnya yang sampai saat ini Elissa belum tahu siapa namanya karena mereka tidak mengenalkan diri dan Elissa pun tidak berani bertanya pada mereka, hanya duduk diam mengedarkan pandangan di sekeliling kantin dan mengobrol pelan.

Bel berbunyi. Tapi, cheeseburger Elissa masih tersisa lebih dari setengah. Sedangkan anak-anak di kantin sudah berjalan cepat bahkan ada yang berlari menuju kelasnya masing-masing. Elissa kebingungan. Lalu menatap Andrew yang masih saja duduk tenang sambil memainkan rambutnya.

“Andrew...” Panggil Elissa.

“Hmm?” Andrew menatap Elissa lembut.

“Bel sudah berbunyi.” Elissa berkata gugup.

“Lalu?” Respon Andrew sambil menyodorkan gelas berisi air mineral. Entah kapan Andrew mengisi gelas kosong yang dibawa Nick dengan air mineral botolan. “Minumlah.”

Elissa meminum air mineralnya sambil berpikir bingung. “Kita harus ke kelas, Andrew.” Elissa berkata setelah selesai minum.

“Makananmu belum habis, sayang.” Andrew menunjuk cheeseburgernya, “Cepat makan lagi.”

Elissa mengedarkan pandangannya di sekeliling kantin. Sudah tidak ada anak-anak lain disini kecuali mereka berenam. “Ta.. tapi ini sudah-“

“Kita bisa memasuki kelas kapan saja, Elissa.” Potong Andrew. “Habiskan makananmu jika kau ingin cepat-cepat memasuki kelas.” Suara Andrew memerintah.

Elissa memakan cheeseburgernya dengan terburu-buru. Dia benar-benar tidak mau terlambat memasuki kelas. Elissa tersedak cheeseburgernya. Dia menggapai-gapai mencari minumannya.

“Jangan terburu-buru, sayang.” Andrew menyodorkan minumannya lagi. Lalu, mengusap punggungnya lembut. “Tidak akan ada yang memarahimu hanya karena terlambat masuk kelas. Kau bisa masuk kelas kapan saja.”

Otak Elissa benar-benar kusut memikirkan ucapan-ucapan Andrew. Apa sih maksud Andrew ini? Dia mungkin bisa menganggap enteng apapun disini. Tapi Elissa? Dia hanya anak baru yang harus mengejar pelajaran agar nilainya tidak tertinggal dari anak-anak kelas A yang lain.

“Aku sudah kenyang. Ayo kita kembali ke kelas.” Elissa menyudahi makannya karena dia tidak mau terlalu lama terlambat.

“Makananmu belum habis, Elissa. Habiskan dulu.” Andrew memperingati Elissa dengan tegas.

Elissa cemberut mendengar kalimat Andrew. “Aku sudah kenyang, Andrew.” Suara Elissa terdengar merajuk. Mengapa dia merajuk kepada Andrew? Tapi Elissa sama sekali tidak merasa salah telah bersikap seperti ini. Merajuk kepada Andrew terasa benar untuknya. Mengapa bisa begitu?

***

Andrew tertawa kecil mendengar rajukan Elissa. Andrew sama sekali tidak menyangka kalau gadisnya begitu lucu ketika merajuk. “Baiklah.” Andrew merapikan sisa makanan Elissa. Lalu berdiri dan membuangnya ke tempat sampah terdekat. Kemudian kembali berdiri di hadapan Elissa. “Ayo, sayang.” Ucap Andrew sambil mengulurkan tangannya yang langsung dibalas oleh Elissa. Lidah Andrew terasa tepat ketika memanggil Elissa dengan panggilan seperti itu. Awalnya dia tidak sengaja memanggil Elissa seperti itu. Namun, ketika melihat reaksi Elissa yang tidak bertanya lebih lanjut, membuat Andrew tidak tahan untuk terus memanggilnya seperti itu. Dan dia begitu bahagia Elissa merespon panggilannya.

Andrew menggenggam tangan Elissa dengan erat ketika berjalan di koridor. Koridor menuju ke kelas A telah sepi. Tentu saja. Ini sudah lewat dua puluh menit dari waktu bel masuk berbunyi. Brayden, Nick, Ray, dan Leon mengikuti Andrew dan Elissa dibelakang. Ketika mereka sampai di depan pintu kelas dan tangan Andrew ingin mendorong pintu, tangan Elissa menahannya. Andrew menatap Elissa dan menemukan gadisnya menatap Andrew dengan ekspresi ketakutan.

“Apa tidak apa-apa kalau kita langsung masuk? Kita sudah terlambat dua puluh menit. Di dalam sangat sepi. Pasti sudah ada guru yang mengajar.” Gadisnya berkata dengan suara pelan.

Ya. Di dalam memang sudah ada guru yang mengajar. Tapi keadaan di dalam sepi bukan karena hal itu, tapi karena semua orang yang ada di dalam kelas mengetahui kalau pemimpin mereka akan memasuki kelas.

“Tidak apa-apa, sayang. Kau tak perlu ketakutan seperti itu. Tidak akan pernah ada orang di kelas ini yang berani memarahimu.” Lagi pula siapa yang akan berani bersikap kurang ajar memarahi pemimpinnya? Bahkan untuk menatap Elissa belum tentu mereka akan berani. Andrew tahu ucapannya membuat Elissa bingung setengah mati dan gadis itu pasti akan menganggap Andrew pemuda yang tidak bertanggung jawab. Tapi biarlah untuk saat ini gadisnya berpikiran seperti itu. Karena ini belum waktunya bagi Elissa untuk mengetahui siapa sebenarnya arti dirinya untuk Andrew dan orang-orang di kelas A.

Andrew memasuki kelas dengan tangan Elissa digenggamannya. Semua orang di dalam kelas ini menunduk kecil memberi hormat pada Andrew. Tak terkecuali guru Kimia yang sedang mengajar tersebut.

“James.” Andrew memanggil guru Kimia tersebut melalu mindlink.

“Alpha.” James langsung membalas panggilan pemimpinnya.

“Perkenalkan dirimu pada Elissa.”

“Tapi.. Alpha-“ James menjawab dengan ragu.

“Dia belum tahu siapa kita. Cepat Lakukan.” Perintah Andrew tegas.

“Baik, Alpha.”

Andrew memutus percakapan mereka. Dan James berjalan menuju kearah Elissa. Elissa masih menunduk karena malu masuk terlambat ke dalam kelas. Andrew tersenyum kecil melihat gadisnya. Lalu menggoyangkan genggaman tangan mereka membuat Elissa menatapnya. Andrew menggerakan dagunya kearah James. Elissa melihat guru yang sedang mengajar tadi berjalan menuju kearahnya. Reflek Elissa ingin menunduk hormat. Namun Andrew dengan cepat menahan bahu Elissa. “Jangan menunduk kepada siapapun kecuali padaku, Elissa.” Andrew berbisik dengan geram. Gadisnya ini benar-benar keras kepala. Sudah berapa kali Andrew mengatakan hal itu padanya. Andrew melihat Elissa ingin memprotes ucapannya, namun terpotong oleh ucapan James.

“Miss Elissa Andromeda. Saya James Connor, guru Kimia di kelas ini.”

“Mr. Connor.” Elissa lagi-lagi ingin menunduk hormat. Dan Andrew lagi-lagi menahan bahu Elissa.
“Silahkan duduk ke tempat masing-masing.” Ucap James sambil mengangguk hormat kepada Andrew dan Elissa. Andrew yakin sekarang ini kepala gadisnya terasa runyam karena begitu banyaknya pertanyaan. Andrew harus memberi tahu kepada Elissa secepatnya.

***

Mereka berenam duduk di tempatnya masing-masing. Andrew membuka buku catatan Kimianya dan memperhatikan James yang sedang mengajar dengan bosan. Andrew menyenderkan punggungnya di kursi dan memperhatikan Elissa. Elissa begitu cantik membuat Andrew sesak karena ingin segera menandainya. Dia menghirup aroma Elissa yang menjadi candu tersendiri untuknya. Andrew tersadar dia sudah begitu lama memperhatikan Elissa ketika James memberikan tugas kepada mereka untuk dikerjakan saat itu juga.

Andrew menatap bukunya dengan malas. Dan mulai mengerjakannya. Kurang dari lima belas menit, soal-soal yang diberikan James sudah selesai Andrew kerjakan. Andrew kembali menyenderkan punggungnya dan menatap Elissa. Andrew tersenyum ketika melihat ekspresi serius Elissa. Lalu tiba-tiba Elissa meletakkan kepalanya di atas buku dan mengetuk-ngetukan pulpen dikepalanya. Andrew mengernyit bingung mengapa gadisnya bersikap seperti itu.

Kemudian Elissa kembali duduk seperti semula dan mengerjakan soalnya lagi. Tapi Andrew bisa melihat Elissa menggigit bibirnya frustasi. Membuat Jaxon menggeram di dalam sana menginginkan untuk menggantikan menggigit bibir Elissa yang merah muda itu. Andrew melirik kearah buku Elissa dan melihat coretan-coretan tak jelas di buku tersebut. Lalu Andrew sadar akan satu fakta yang baru diketahuinya. Andrew tertawa kecil. Ternyata gadisnya bukan gadis yang pintar.


***
Tbc.

1 komentar:

  1. Casino - JamBase
    Check our live dealer casino section for all your games. · Slots · Table 양산 출장마사지 Games 부산광역 출장마사지 · 당진 출장샵 Blackjack. Poker. Casino Games. Online Poker. Welcome. 대구광역 출장안마 Join us! 의왕 출장마사지

    BalasHapus